Kartu Pra Kerja (bukan) Pilihan

Diyah N.
4 min readApr 26, 2020

--

source: https://www.prakerja.go.id/

Pra kerja, kartu ajaib yang diberikan oleh pemerintah dengan prioritas utamanya saat ini untuk warga terdampak pandemi.

Ya, meskipun program ini adalah salah satu janji dari Presiden terpilih.

Saya sebagai salah satu dari sekian banyak orang yang juga terdampak situasi ini, memang merasa jika ini penawaran yang cukup menarik. Apalagi proses pendaftaraannya yang tergolong mudah.

Cukup memasukan data diri dan menjawab beberapa pertanyaan umum yang agaknya tidak terlalu spesifik.

Saya benar-benar penasaran bagaimana proses seleksi dari pemilihan peserta yang dinyatakan sesuai atau tidak.

Baik, setidaknya beberapa pihak swasta yang berkerja sama memang sudah pilihan dan kelihatannya kredibel di bidangnya.

Proses pendaftaran, seleksi, materi yang diberikan, sampai standarisasi pada setiap pelatihan, itu yang membuat saya penasaran sekaligus bertanya-tanya.

Meskipun bukan kali ini saja pemerintah memberikan pelatihan kerja seperti program pra kerja ini. Tetapi kenapa baru banyak diperbincangkan pada program ini saja?

Sebenarnya ada beberapa program pelatihan kerja lain yang bisa jadi alternatif jauh sebelum adanya pra kerja ini.

Misalnya, 3 tahun yang lalu saya sendiri mengikuti salah satu pelatihan kerja yang ada di Jakarta (Pusat Pelatihan Kerja Daerah Jakarta Barat).

Ohya, ini bukan untuk bahan membandingkan hanya saja tulisan ini dibuat atas opini saya tentang sistem atau manajemen dari masing-masing pelatihan kerja yang diberikan oleh pemerintah.

Baiklah, sedikit berbagi pengalaman saat mengikuti pelatihan kerja tersebut. Syarat dan ketentuan yang diberikan cukup memiliki standar, memiliki ijazah minimal SMP sampai jenjang Sarjana dan sedang tidak mengikuti atau terikat dengan institusi apapun (minimal umur 18 tahun).

Ya, sama dengan syarat yang ada pada program pra kerja. Mengisi formulir pendaftaran dan siapkan syarat pendukungn lainnya.

Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Lanjut, sebelum mengikuti pelatihan yang pertama kali harus dipilih adalah keahlian apa yang ingin diikuti. Kemudian ada beberapa proses seleksi dari tes tertulis sampai tahapan wawancara.

Tidak semua bisa lolos, karena pada setiap kali kelas/gelombang dari masing-masing keahlian hanya boleh di isi oleh 20 orang pada setiap kelas program keahlian.

Bagaimana dengan pra kerja? Setelah diskusi dengan teman yang sudah lebih dulu merasakan manfaatnya, ya… cukup membantu kalau memilih program/pelatihan yang sesuai dan tepat.

Kalau dipikir-pikir dengan sistemnya yang memberikan intensif setiap kali setelah melakukan pelatihan seperti ini, apakah orientasinya benar untuk meningkatkan skill atau hanya untuk imbalan semata?

Kecenderungan ini membuat saya bertanya-tanya dan terus bertanya apakah ini akan membuat setiap orang akan bergantung pada program ini? Padalah program lain yang dimiliki pemerintah juga tidak kalah bagusnya.

Seperti program yang diadakan oleh kemenperin lainnya yang mengadakan diklat atau pelatihan yang bekerjasama dengan beberapa studio creative di Indonesia.

Sayangnya, mungkin sosialisasinya yang kurang sehingga banyak orang yang tidak mengetahui tentang pelatihan ini atau hal lain.

Pada kesempatan lainnya saya juga menyempatkan diri bertanya dengan teman saya yang lain, tentang program pelatihan/diklat yang dia ikuti itu selama sebulan.

Penyediaan dan pemilihan minat program pelatihan disana cukup membantu untuk industri seperti saat ini, namun tidak mudah untuk mengikutinya karena harus memenuhi beberapa syarat dan melampirkan suatu karya atau pekerjaan yang sudah pernah dibuat (porto/resume).

Photo by Marvin Meyer on Unsplash

Ohya untuk urusan akomodasi dan lain sebagainya, mari kita sedikit banyak membahas dari masing-masing program kerja yang ditawarkan.

Kalau dari pelatihan kerja yang saya ikuti memang untuk akomodasi berupa uang tidak diberikan, namun saat mengikuti pelatihan selain mendapatkan buku dan modul pembelajaran, saya mendapatkan seragam.

Untuk makan siang dan coffee break pun selalu dengan menu yang cukup enak. Ini juga yang didapatkan oleh teman saya saat mengikuti pelatihan/diklat yang diadakan oleh kemenperin tetapi selain itu dia juga mendapatakn fasilitas asrama dan akomodasi selama melakukan pelatihan tersebut.

Sedangkan untuk pra kerja ini, cukup dimanjakan menurut saya pribadi. Kecenderungan disalah gunakannya lebih tinggi dibandingkan dengan program pelatihan kerja lainnya yang pemerintah berikan.

Pemberian intensif pada setiap pelatihan ini jika benar-benar digunakan secara bijak pasti akan membantu, namun apakah demikian?

Saya hanya harap-harap cemas agar tidak terjadi suatu kasus yang timbul karena program yang satu ini.

Pada setiap akhir dari masing-masing program selalu ada tes atau tugas akhir yang harus diselesaikan, untuk mendapatkan sertifikat yang nantinya bisa digunakan sebagai lampiran untuk menunjang ketika ingin melamar pekerjaan.

Bahkan, jika bisa jadi peserta yang memiliki nilai lebih akan dibantu untuk disalurakan dalam mencari pekerjaan.

Photo by Campaign Creators on Unsplash

Baik, pada bagian akhir ini mari mencoba untuk memahami setiap program yang telah disediakan saat ini.

Pemerintah juga bukan tanpa alasan membuat berbagai program untuk membantu masyarakat.

Memang benar begitu adanya, bantuan dan dukungan sekecil apapun yang turunnya dari pemerintah selalu ditunggu oleh setiap lapisan masyarakat.

Program yang diberikan memang selalu memiliki segmentasinya masing-masing.

Ada kekurangan dan kelebihannya, kembali lagi sesuaikan dengan keahlian dan alat yang juga dimiliki.

Karena bukan tanpa alasan, jika sebenarnya alat pembantu sepeti device/laptop dapat menjadi suatu permasalahan yang sebenarnya cukup krusial.

Untuk mencapai semua lapisan masyarakat mungkin saja pemilihan beberapa program yang ditawarkan oleh pemerintah juga beragam.

Materi pembahasan dan modul juga disesuaikan dengan semua program yang diberikan.

Jadi mau mengikuti program apapun yang diberikan pemerintah, gunakan dengan semaksimal mungkin dan bijak serta manfaatkan dengan baik.

--

--