Mengenal diri lebih dalam untuk hidup yang lebih damai.
Dalam setahun terakhir ini (periode 2023 s.d. 2024) saya mulai intens belajar mengenal diri sendiri, akan terus berjalan dan tidak akan berhenti diperbarui sampai akhir hayat. Entah ini hal yang terlalu dini atau malah sudah terlambat untuk dipelajari.
Tulisan ini merupakan sebuah dokumentasi perjalanan saya mengenal diri sendiri. Terkesan narsis, namun merupakan refleksi lebih mendalam terhadap diri.
Kesadaran
Satu hal yang paling penting dalam proses mengenal diri lebih dalam adalah bagaimana saya belajar untuk sepenuhnya hadir dan sadar dalam menjalani kehidupan saat dan detik ini.
Entah kapan tepatnya, berulang kali saya kecewa dengan ekspektasi yang saya buat sendiri di dalam kepala. Kemudian mencari-cari faktor eksternal untuk dijadikan alasan menyalahkan dan menghakimi situasi yang terjadi.
Tidak hanya menyalahkan faktor eksternal, saya juga bertemu pada fase menyalahkan diri sendiri akibat selalu merasa tidak bisa diandalkan dan tidak pantas mendapatkan segala kebaikan dari orang-orang sekitar, hal ini turut hadir memeriahkan isi kepala yang sudah semakin riuh. Perlu usaha lebih bahkan sampai saat tulisan ini saya publis.
Kesadaran untuk hidup dan berfokus pada momen saat ini adalah keniscayaan yang terus diusahakan.
Kemelekatan
Segala yang berlebih memang tidak baik, begitu pula dengan segala kemelekatan yang hadir dalam kehidupan. Bahkan dalam Al-Quran Allah sudah menyampaikannya dalam surah An-Nisa ayat 131.
Bagi saya bagian ini sungguh menyakitkan lahir dan batin. Bagaimana sesuatu hal yang sudah terikat melekat harus “dipaksa” rela dilepaskan. Sebelum akhirnya saya benar-benar bertemu dengan momen kehilangan.
Almarhumah Ibu saya berpesan “Untuk tidak terlalu dekat dengan orang (atau dalam hal apapun), tidak juga terlalu jauh. Biasa-biasa aja, seperlunya, secukupnya”
Nasihatnya akan terus menjadi prinsip hidup saya, walaupun pada awalnya saya masih belum memahami maknanya secara utuh. Bahwa sejatinya apa yang ada di langit-bumi milik Allah semata.
Kemelekatan itulah yang ternyata bisa menjadi berbagai sumber “penyakit kehidupan” kecemasan dan ketakutan. Rasa takut ditinggalkan, tergantikan, atau ingin selalu mempertahankan sesuatu yang memang tidak lagi baik dalam kehidupan.
Semakin Dalam, Semakin Bermakna
Sejatinya siapa yang bisa mengendalikan diri dan emosinya ia lah yang bisa memenangkan dalam pertarungan apapun.
Untuk itu, menurut saya perjalanan mengenal diri dan fitrahnya adalah sesuatu hal yang sangat penting untuk dipahami agar menjalani kehidupan kedepan sesuai dengan perannya.