Kota, kita, dan harapan
Harapan
Saya yakin semesta akan selalu menghadirkan berbagai momentumnya yang sudah sesuai dengan ketentuan sang pemilik seleruh alam dan seisinya. Tidak pernah kurang ataupun lebih, sesuai dengan porsinya.
Draft tulisan ini tadinya “mau” saya selesaikan dua minggu lalu sebelum perjalanan keluar kota. Namun ternyata, menundanya tidak begitu salah karena justru saya semakin memiliki banyak referensi untuk menuangkan berbagai alasan untuk terus mengukir berbagai harapan di Jakarta.
Perjalanan singkat dua hari satu malam itu, bukan hanya menjadi pengobat rindu bagi sanak saudara yang sudah lebih dari 5 tahun tidak berjumpa. Meskipun jujur saya tidak begitu hapal dengan seluruh anggota keluarga besar yang ada.
Melainkan perjalanan kali ini, adalah refleksi dan melihat lebih dalam ke diri saya, mengenai apa yang sebenarnya sedang saya cari di kehidupan ini. Memahami lebih dalam, bagaimana peran saya dalam kehidupan.
Pada bagian Kota, saya pikir tidak akan pernah ada keperluan ke luar kota dan pergi lebih dari 70km dari Ibu Kota Jakarta yang eksistensinya diperkirakan akan menurun karena akan digantikan posisinya oleh Ibu Kota Negara di Kalimantan.
Saya mulai paham, kenapa banyak orang yang berbondong-bondong ingin hijrah dan menetap di sini. Bukan hanya perihal urusan perut, melainkan juga mewujudkan berbagai aspek harapan dalam kehidupan, yang kiranya tidak perlu diuraikan dengan rinci untuk memtusukan pergi ke sini.
Bukan keputusan yang mudah namun sama-sama harus diperjuangkan, entah di Jakarta maupun menetap di desa.
Ada yang pergi untuk mendapatkan kebebasannya, atau dengan alasan ingin mendapatkan upah yang lebih layak untuk memenuhi kebutuhan rumah. Atau sebenarnya pergi ke Ibu Kota untuk menyembuhkan trauma dan luka batin oleh lingkungan sekitarnya. Mesikpun belum tentu mendapatkan hal yang lebih baik di Jakarta.
Saya setuju bahwa bertahan di Jakarta bukanlah hal mudah, namun pesonanya tidak pernah bisa kita tolak untuk terus berusaha tinggal di belantara kota metropolitan ini.
Betul, setiap keputusan yang sudah dipikirkan dengan masak dengan berbagai resiko harus bisa diterima berbagai konsekuensinya.
Saya masih akan terus melanjutkan kehidupan di Kota ini, dengan sederet harapan yang akan terus diperbarui sesuai dengan kebutuhannya.
Tetap rasional agar fungsi sebagai manusia tetap berjalan dengan normal.
Apapun harapan yang sedang diperjuangkan setiap harinya oleh individu-individu yang mengadu nasibnya di Ibu Kota saat ini, semoga segera terkabul.
Semoga menemukan jalan yang sesuai dengan ridho-nya meskipun banyak jalan tikus yang menggoda untuk mendapatkannya secara instant.
Apapun harapannya, masuk akal atau tidak. Teruslah bertahan di kota yang kejam ini. Kita bahkan tidak pernah menyangka apakah akan bertemu dengan kebaikan di sini.
Derap-nya begitu cepat, semoga tidak hanya menjadi harap.
Tulisan ini merupakan trilogi dari Romansa Jakarta, bagian Harapan